Temen-temen sekalian yang cantik and ganteng... aku punya cerita bagus lo... salah satu hobiku kan menulis cerita. kali ini adalah cerita misteri... sebenernya, ide ini dari temenku. tapi,kuralat dikit. judulnya "Rumah diujung desa" :
Rumah di Ujung Desa
Hai, teman-teman! Namaku Ariany Dwi Putri
Salsabila. Kalian dapat memanggilku Ria. Aku pindahan dari Bandung. Kata ayah
aku akan pindah ke Solo. Dan aku akan tinggal di Jalan Mandala. Jalan itu
bersebelahan dengan Jalan Cendrawasih juga Jalan Tulip. Di Jalan Tulip ada
rumah nenek, kakek, dan Tante Siska, Om Wawan dan Manda. Serta di jalan
Cendrawasih ada rumah Silvia, rumah Cery, dan rumah Kelya. Mereka semua
sepupuku. Kalau yang satu jalan dengan aku namanya kak Olivia sama tante Zahra.
Dan aku bersekolah di Sd Harapan 2. Kata ibu, aku satu kelas dengan Silvia juga
Manda. Aku kelas 5. Cery dan Kelya satu kelas. Mereka masih kelas 3. Sedangkan
kak Olivia kelas 1 SMP. Dia sekolah di SMP Harapan 2. Letaknya bersebelahan
dengan Sd Harapan.
“Hari ini kamu ayah antar kesekolah tapi
besok berangkat sama Silvia.” Kata ayah. Aku hanya mengganguk sambil meneguk
susuku. Sudah minum susu aku langsung berangkat. Kata Silvia, disini ada anak
yang pernah meninggal. Tapi, Silvia lupa namanya.
Di
kelas…
“Anak-anak
kita punya murid baru, namanya Ria.”kata bu Asih. “Hai, nama saya Ariany Dwi
Putri Salsabila. Kalian bisa memanggilku Ria. Senang berjumpa dengan kalian,”
kataku. Aku duduk dengan Silvia. Hari ini pelajaran MTK. Tentang pecahan campuran
dengan pecahan biasa. Pusingggggggggggg… tak lama bel pulang berbunyi. Aku
sungguh lega. Karena hari Jum’at, Sabtu, dan Minggu libur.
Hari ini aku pulang dengan Silvia, Manda,
Cery, Kelya, dan Kak Olivia. Kami naik mobil karena lengsung mau piknik. Kami
naik dua mobil. Mobil pertama, Tante Siska, Om Wawan di depan. Cery,Kelya, dan
Kak Olivia di tengah. Aku, Manda, dan Silvia di belakang. Serta mobil kedua,
mama dan papa di depan, nenek, kakek, dan tante Zahra di tengah. Oh ya, kalau
aku juga punya pembantu yang setia dari aku masih bayi, dia merawatku. Namanya,
Bi Sumi. Dia sudah berumur 50 tahun. Dia sebatang kara. Makanya, kami
menganggap dia sebagai keluarga. Hari ini kami akan ke pantai parangtritis.
Jauh banget. Makanya, kami pakai 2 mobil. Harus ke Jogjakarta dulu. Kami
menempuh jarak sekitar 2 jam. Tapi, hari ini macet sekali kayaknya bakal 3 jam
nih. Setelah sampai kami langsung berganti baju renang dan berenang sepuasnya.
Yang ikut berenang Cuma mama, tante Zahra, dan tante Anita. Sedangkan papa, om
Wawan, nenek, kakek, dan Bi Sumi hanya menggelar tikar, payung dan minum air
kelapa muda. Cery menemukan kelomang atau umang-umang. Dia suka sekali. Lalu,
kami mencari bintang laut dan kerang. Setelah dapat banyak kami segera
mengumpulkan ikan lalu memasukkannya ke dalam akuarium kecil. Tiba-tiba kami
mendapat ide. Kami menjualnya di luar pekarangan pantai. Kami keluar dari
tempat wisata di temani Tante Zahra. Kak Olivia tidak ikut karena dia ingin
istirahat dahulu. Lihat yuk daftar harganya. Yang nulis Manda.
Ayo,
beli! Murah lo.
Paket
1: kelomang dan bintang laut ; 2500
Paket
2: ikan, kelomang, dan bintang laut; 3500
Paket
3: ikan, kelomang, bintang laut, dan kerang ; 5000
Kami menyediakan masing-masing barang ada 10
kotak berarti ada 30 kotak. Tidak berapa lama mulai banyak turis dari luar
negri membelinya. Turis itu memberi 50.000, tapi kami tidak ada kembalian. Kata
turis itu ambil saja kembaliannya. Kami merasa gembira. Tidak kurang dari 15
menit, semuanya habis terjual! Setelah kami hitung kami mendapat 200.000. Kami
sangat gembira. Malamnya, kami makan lobster, udang, kepiting, dan ikan laut
dari hasil uang itu. Untuk menetralisirnya kami minum jus buah dan kelapa muda.
Setelah itu kami tidur.
Huft… Sudah hari Senin. Aku sudah masuk
sekolah. Tapi, hari ini aku berangkat sendiri. Silvia sakit. Manda izin. Aku
sudah terlambat. Harusnya, setengah tujuh di sekolah. Tapi, ini jam setengah
tujuh aku masih sarapan. Aku ingin cepat-cepat. Jadi, aku berangkat dengan kak
Olivia saja. Kami lewat ujung desa. Disana ada jalan tembus. Kami melihat rumah
kosong yang betul-betul tidak terawat. Kami menyebutnya rumah ujung desa.
Letaknya memang paling ujung. Kami berlari. Untung cepat sampai. Disana sudah
hampir bel masuk. Aku duduk sendiri karena Silvia tidak masuk. Karena aku duduk
dengan Silvia. Kalau Manda duduk dengan Tika.
Aku betul-betul lelah. Aku akan pulang
lewat jalan tembus saja. Aku langsung lewat situ. Tiba-tiba ada anak yang
keluar dari rumah ujung desa itu. Aku merasa ngeri karena kurasa tak ada orang
disitu. Anak itu melambaikan tangan. Tapi, kakinya menjejak tanah. “Hai aku
Rika!” dia manjabat tanganku. Tangannya agak dingin. “Mmm… Kalau aku Ria. Nama
kita hampir sama. Kamu siapa?” tanyaku.
Sepertinya aku merasa mengenalinya. Tapi, aku betul betul tidak tahu siapa dia.
“Aku penghuni baru. Papa aku bekerja sebagai Editor koran. Mamaku ibu rumah
tangga.” Katanya sambil tersenyum manis. “Kok, sama? Papa dan mamaku
pekerjaannya sama lo! Mana mama kamu?” tanyaku. “Lagi arisan.” Jawab Rika
singkat. “Mama aku juga arisan.” Kata aku. “Sebenarnya, nama lengkap kamu
siapa?” tanya aku. “Nama lengkapku Arikana Eka Putri Sabrina!” jawabnya. “Wah,
hampir mirip. Aku Ariany Dwi Putri Salsabila,” kataku. “Sebenarnya, kamu ini
siapa sih?” tanyaku lagi. “Tanya sama mama kamu aja. Pasti tahu!” jawab Rika.
“Oh!”. Tiba-tiba ada satpam. “Ini siapa ya?” tanya pak satpam. “Ini Rika pak.”
Jawab ku. “oh, kamu Ria kan?” tanya pak satpam, namanya pak Ari . “Iya pak!”
aku menjawab. “Aku pulang dulu ya!” kataku. Aku berlari. Saat menengok
kebelakang, pak satpam dan Rika tidak ada. Aku tidak menghiraukan. Karena hari
ini aku harus bantuin mama nyuci baju.
“Mama tadi ada warga baru. Dia nempatin
rumah ujung situ!” kataku sambil melipat baju. “Oh ya? Bagus dong. Kamu
berteman sama dia?” tanya mama. Aku mengganguk. Namanya Arikana Eka Putri
Sabrina.” Kata aku bersemangat. “Rika?” mama terlihat kebingungan. “Iya! Mama
kenal? Kata Rika, aku disuruh tanya mama kalau dia itu siapa!” seruku. “Sudah
waktunya kamu tahu,” kata mama. Aku sangat bingung. “Kamu dulu punya saudara
kembar. Namanya Rika. Tepatnya, Arikana Eka Putri Sabrina. Dia lahir selamat
dengan kamu. Saat berumur 1 tahun, dia ke jalan raya. Karena, dia lebih aktif
daripada kamu. Disaat itulah dia tertabrak truk. Dia dikubur di Bandung. Itu
mengapa sekarang mama pindah ke Solo!” kata mama sambil menitikkan air mata.
“Berarti yang tadi itu hanya arwah Rika?” tanya aku tidak percaya. Mama hanya
mengganguk. Aku tidak tahu harus bicara apa. Tiba-tiba Bi Sumi membawakan album
foto bergambar Mickey Mouse. Tulisannya, Rika and Ria. Disitu ada foto saat
kami baru lahir dan saat kami bermain bersama. Aku tak sadar menitikkan air
mata. Dan ada foto bi Sumi menggendongku. Dan itu, adalah pak Ari! Dia
menggendong Rika. Aku bertanya pada bibi. “Bi dia ini satpam kan? Tadi aku
bertemu dia lo!” kata aku. “Apa? Pak Ari kan sudah meninggal. Saat dia
menyelamatkan Rika!” kata bi Sumi. Jadi, satpam yang aku temui tadi siapa?.
TAMAT.